PENGARUH KITAB" TUHFATU AL ROHMAN FI BAYANI AKHLAQI AL-NABI AKHIRI AL ZAMAN" KARYA SYAIKH KH.AHMAD MARZUQI BIN MIRSHOD BAGI MASYARAKAT CIPINANG MUARA.
Penulis : oleh Aan Mursidah
Nomor Induk Mahasiswa 16.01.01.269 (Mahasiswa Pasca UNUSIA Jakarta )
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Sejarah perjuangan bangsa Indonesia merupakan bahan renungan yang amat berharga, terutama sekali bagi kaum muslim Indonesia. Sejak sebelum kemerdekaan sampai sekarang perjuangan para ulama yang mempunyai pengaruh yang sangat besar. Terlebih karena sifat pendidikan agama di pesantren, pondok atau madrasah yang mengarah pada orientasi vertical kalangan santri kepada para gurunya yang dalam filosofis diartikan harus digugu dan ditiru menyebabkan pengaruh kewibawaan para ulama dan kyai sangat besar.1
Peran dan perjuangan ulama dalam setiap periodisasi sejarah Indonesia memang sudah tidak dapat diragukan lagi. Ulama menjadi salah satu garda terdepan dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Tidak hanya berhenti sampai di situ, ulama juga terlibat aktif dalam mengisi kemerdekaan Indonesia dan berlanjut hingga saat ini. Besarnya pengaruh ulama ini membuat pembahasan tentang peran dan perjuangan tokoh ulama KH. Marzuqi sangat menarik untuk diperdalam.
KH Marzuqi tokoh ulama’ melayu Indonesia abad ke-19. Beliau, KH Marzuqi Bin Mirshod adalah salah satu tokoh penting dibalik berdirinya organisasi Nahdlotul Ulama (NU) di Jakarta. Ketika beliau belajar di Mekkah, beliau banyak memiliki kawan yang berasal dari Nusantara, diantaranya berteman dengan KH. Hasyim Asy’ari, Syaikh Umar ‘Atho, Syaikh Mukhtar At-Thorid Al-Bogori ataupun Syaikh Khotib al-Minangkabawi. Bahkan beliau juga berguru dengan Syaikh Abdullah al-Tarmasi.2
____________
1.Anas Majid Al-Bankani, Perjalanan Ulama Menuntut Ilmu, Darul Falah, h. 5
2.Manaqib guru Marzuki (Asy-Syeikh Ahmad Marzuqi Bin Mirshod)
Penulis berupaya melakukan penelitian untuk mengkaji secara kritis tentang sumber-sumber pemikiran KH.Marzuqi, dan khususnya tentang bagaimana gagasan-gagasan dan pemikiran beliau.
KH.Marzuqi dapat mentransmisikan beberapa kajian ilmunya kepada jaringan ulama yang ada. Sehingga bagaimana gagasan keilmuan yang mereka transmisikan itu mempengaruhi perjalanan histor islam di nusantara.
Selanjutnya, peneliti berusaha mempertajam alasan mengapa penelitian tersebut perlu dilakukan. Lebih lanjut KH.Marzuqi seorang tokoh transmisi keilmuan dan penyebaran gagasan pembaharuan islam, khususnya pada masa menjelang ekspansi penyebaran Islam di abad ke-19 munculnya kebangkitan umat Islam dengan adanya organisasi partai Islam.
Ketika guru Marzuqi mendengar salah seorang kawannya KH. Hasyim Asy’ari mendirikan organisasi NU di Jawa Timur, beliau langsung tertarik. Namun sebelumnya memutuskan untuk mendirikan NU di Jakarta, beliau merasa perlu untuk melihat langsung seperti apa organisasi NU tersebut. Apakah organisasi NU ini sesuai dengan misi perjuangan beliau diJakarta, dengan aqidah Ahlus Sunah wal Jama’ah, sekaligus praktisi Syariat Islam.
Sejak saat itulah kalangan muda Nahdliyin bangun jaringan ulama NU DKI. Dengan mengembangkan pengajian khusus bagi para ulama yang berkiblat ke NU, salah satu kitab yang dibahas adalah “Tuhfatu Al-Rohman Fi Bayani Akhlaqi Al-Nabi Akhiri Al-Zaman” Karya As-Syaikh K.H. Ahmad Marzuki Bin Mirsod.
K.H. Ahmad Marzuqi Bin Mirsod adalah masih keturunan keluarga Sheikh Ahmad al-Fathani ( pencetus pengkaderan ulama Melayu di Mekah), Laksmana Malayang. Sedangkan dalam versi Nurfadhilah Khan salah seorang pengurus Nasab Ahlu Bait Marga Khan berpendapat dengan merujuk pada buku Ahlu Bait (dari pihak keluarga telah bersilaturrahmi ke Thailand) dan menjelaskan dari buku Kesultanan Melayu karya Tun Suzana, Hj. Othman dan Hj. Muzaffar Dato Hj. Mohammadbahwa Guru Marzuqi adalah keturunan dari Syeikh Ahmad Mirshod Bin Hasnum Bin Khatib Sa’ad Bin Abdurrahman Bin AhmanFathoni (Lasmana Malayang/ Sultan Muhammad) Bin Raja Bakar Bin Long Nuh Bin Long Nik Datu Pujud Bin Wan Daim Bin Nik Ibrahim Bin Nik Musthafa Bin Wan Abul Muzaffar (sepupu Sunan Gunung Djati lain ibu) Bin Abdullah Bin Ali Nurul Alam Bin Husein Jamaludin Akbar Bin Ahmad Syah Jamaluddin Bin Abdullah Azmatkhan Bin Abdul Malik Azmatkhan Bin Alawi Ammil Faqih Bin Muhammad Shohib Mirbath Bin ali Khali Qasam Bin Alwi Bin Muhammad Bin Alwi Bin Ubaidillah Bin Ahmad Muhajir Bin Isa Bin Muhammad Naquib Bin Ali Al-Uraidi Bin Ja’far Sodik Bin Muhammad Baqir Bin Ali Zainal Abidin Bin Imam Husein Bin Saiyyidatuna Fatimah Az-Zahra Bin Saiyyidina Muhammad SAW.3
Banyak fenomena alam yang belum tergali mendorong kita untuk lebih menggali ilmu-ilmu yang ada. Berkembangnya ilmu merupakan tanggung jawab kita sebagai muslim untuk mengembangkan dan mempelajarinya. Namun dalam menghadapi berbagai fenomena hidup yang ditandai oleh kemajuan dalam berbagai hal yang juga memunculkan dampak negatif, umat Islam dituntut berperan aktif dalam mencari solusinya.
Diantara salah satu dampak negatif dari pengaruh globalisasi yaitu banyaknya orang-orang yang berilmu tapi lalai akan etika adabnya. Menghadapi globalisasai dan pembenahan hal-hal yang menjadi masalah bagi umat diperlukan pendidikan untuk menyikapinya.
Ilmu dan adab adalah syarat yang tak tergantikan untuk menunjang kesuksesan hakiki. Kesuksesan yang hanya didasari dengan ilmu tanpa moralitas akan menjadi kesuksesan yang kerontang dan jauh dari nilai-nilai ruhiah (spiritual). Sementara itu, usaha mencapai kesuksesan tidak mungkin berhasil jika hanya berbekalkan moralitas. Jadi keduanya harus berjalan secara seimbang.
_________________
3.Biografi Guru Marzuqi Bin Mirshod, Serta Pemikirannya Dalam Bidang Tauhid, Fiqih dan Tasawuf, FORSIKA (Forum Silaturrahmi Keluarga Marzuqi) h.2
Imam Adz-Dzahabi mengisahkan tentang majelis Imam Ahmad bin Hanbal. tentang pentingnya adab dalam kitabnya Siyaru 'Alamin Nubala. Adab itu mendahului ilmu, maka bagi siapa yang ingin berjalan di jalan ilmu hendaknya memperindah adabnya, sebab ilmu tak ada manfaatnya tanpa ada adab.
Bagi seorang guru, mengajarkan ilmu itu jauh lebih mudah dari membentuk adab, sebab adab datang dari pembiasaan, akhlak yang melekat pada seseorang.Perhatikan betapa banyak orang berilmu tanpa adab, adanya malah menjadi fitnah bagi ilmu itu dan orang lain, sebab orang menolak ilmu tersebab adab buruknya. Yang tidak punya adab juga tanpa ilmu akan merusak, atau disesatkan oleh ilmunya. Lihatlah betapa adab menghiasi manusia walau seseorang itu belum berilmu.
Lalu apakah itu adab. Adab adalah pendidikan, ialah segala kebaikan yang diakui secara universal, akhlak yang baik, menyenangkan bagi semua manusia.Terbiasa dengan lisan yang baik adalah adab, memperlakukan orang lain secara mulia juga adab, tawadhu juga bagian adab, ia ibarat hiasan dan mahkota bagi manusia. Seorang bijak berkata, sebelum di jalan ilmu, perbaiki dahulu hubungan dengan Allah dan dengan manusia. Sebab ilmu itu rezeki dari Allah, diberi pada yang Dia suka. Dan ilmu yang kita maksud bukan sembarang ilmu, tapi ilmu yang barakah, yang menghantar pemiliknya kejalan ibadah pada Allah, kejalan ketaatan pada-Nya. Ilmu yang menahan lisan kita dari keburukan, dan mengajak lain pada kebaikan. Bukan ilmu yang membuat kita merasa lebih tinggi, dan senang akan kemaksiatan orang. Mengingat, ilmu tertinggi adalah rasa takut kepada Allah, dan semua itu takkan kita dapatkan tanpa adab. Jadilah beradab lalu berilmu, kelak kita beribadah dengan khusyuk.
KH.Marzuqi memiliki kegemaran menulis dalam beberapa karyanya beliau telah menciptakan beberapa kitab yang dituliskannya karena Allah. Beliau yakin bahwa tulisan yang ditulis karena Allah, tulisannya akan senantiasa bermanfaat. Dan kita lihat sampai saat ini kitab itu masih dipelajari banyak manusia. Dalam sebuah kesempatan ta’limnya beliau menyampaikan kepada anak-anaknya serta murid-murid yang diajarnya untuk senantiasa istiqomah dalam menulis, jangan khawatir tidak ada yang membacanya, karena suatu saat pasti tulisan anda akan dibaca.
Menurut KH. Marzuqi dari hasil wawancara keluarga terdekatnya menjelaaskan bahwa menulis bisa merapikan sejarah secara ringkasnya, dengan demikian tulisan setua apapun umurnya akan tetap relevan bagi anak cucu kedepannya. Tulisan dapat dikaji dari generasi ke generasi sebagai bahan diskusi seluruh anak manusia. Dalam Alquran surah al Kahfi dijelaskan bahwa meskipun lautan menjadi tinta, sungguh habislah lautan itu sebelum kalimat-kalimat Rabb habis.
Katakanlah (wahai Muhammad), “Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Rabbku, sungguh habislah lautan itu sebelum kalimat-kalimat Rabbku habis (ditulis), meskipun kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula).” (al-Kahfi/18: 109).
Hal ini mengindikasikan bahwa ilmu tak akan habis dipelajari manusia kapanpun. Orang yang berilmu lantas ia mengaku orang berilmu sebenarnya ia belum berilmu. Karena orang yang berilmu akan senantiasa merasa sabar dan rendah hati. Ia sadar bahwa ilmu merupakan penunjukan bukan membanggakan diri dengan kesombongan.
Dalam buku Filologi dan Islam Indonesia, Oman Fathurahman mengemukakan bahwa gelombang transmisi keilmuan Islam yang dibawa oleh Jama’at al-Jawiyin dari Haramain diyakini telah semakin memperkuat tradisi tulis yang sebelumnya berkembang di kalangan masyarakat Melayu Nusantara, sehingga dalam perkembangan tradisi ini turut mendorong lahirnya sejumlah besar naskah, khususnya naskah-naskah keagamaan.4 Selain itu, lahirnya sejumlah besar naskah, khususnya naskah-naskah keagamaan tersebut, tidak hanya sebatas penerjemahan kitab-kitab yang berbahasa Arab ke dalam berbagai bahasa lokal, melainkan juga penerjemahan gagasan-gasan keilmuan Islam ke dalam konteks lokal, _________________
4.Oman fathurahman dkk, Filologi dan Islam Indonesia, (Jakarta: KementerianAgama RI-Badan Litbang dan Diklat Puslitbang Lektur Keagamaan, 2010), h. 120-121.
sehingga muncullah berbagai corak pemikiran keislaman dengan karakteristik yang khas dan bersifat lokal.
KH. Marzuqi menuntut dikembangkannya kuttab yang ada untuk mengimbangi laju pendidikan yang begitu pesat. Pada perkembangan selanjutnya, selain kuttab-kuttab yang ada di masjid, terdapat pula kuttab-kuttab umum yang berbentuk madrasah, yakni telah mempergunakan gedung sendiri dan mampu menampung ribuan murid. Kuttab jenis ini mulai berkembang karena adanya pengajaran khusus bagi anak-anak keluarga dan lingkungan masyarakatnya.
Dua Jenis Kuttab Ahmad Syalabi adalah ilmuwan pertama yang menjelaskan terdapatnya dua jenis kuttab dalam sejarah pendidikan Islam. Perbedaan ini terutama didasarkan pada isi pengajaran (kurikulum), tenaga pengajar dan masa tumbuhnya .
1. Kuttab jenis pertama adalah kuttab yang berfungsi mengajarkan tulis-baca dengan teks dasar puisi-puisi Arab.
2. Kuttab jenis kedua adalah yang berfungsi sebagai tempat pengajaran Al-Quran dan dasar-dasar agama Islam.5
Kuttab berasal dari akar kata taktib yang artinya mengajar menulis. Sementara katib atau kuttab berarti penulis. Institusi tersebut hanya berupa tempat belajar baca tulis bagi anak-anak.
Kuttab merupakan tempat belajar yang mula-mula lahir di dunia Islam. Pada awalnya kuttab berfungsi sebagai tempat memberikan pelajaran menulis dan membaca bagi anak-anak.
Kuttab sebenarnya telah ada di negeri Arab sebelum datangnya agama Islam. Kuttab merupakan institusi pendidikan yang tertua dalam sejarah tarbiyah.6
_________________
5.http://inniaku.blogspot.com/2011/05/kuttab-sebagai-lembaga-pendidikan-islam.html, Pukul 14.00 WIB Tanggal 13 September 2018.
6.http://psikologip.blogspot.com/2011/12/kuttab-sebagai-lembaga-pendidikan-islam.html, Pukul 15.00 WIB, Tanggal 13 September 2018.
Bisa diibaratkan sebagai sebuah pesantren di Jawa. Kondisinya masih sangat sederhana. Yang ada hanya seorang guru yang dikelilingi sejumlah murid. Istilah kuttab telah dikenal di kalangan bangsa Arab pra-Islam; dan seperti sebelumnnya kuttab menjalankan fungsi yang sama dalam Islam, yaitu sebagai lembaga pendidikan dasar terutama mengajarkan tulis-bacaMenuruti ajaran Islam, Rasulullah saw. memberikan perhatian khusus pada soal-soal pendidikan.
Keterampilan tulis-baca yang merupakan materi utama pendidikan kuttab- menjadi semakin penting sejalan dengan berkembangnya komunitas Muslim Madinah. Kebutuhan paling penting, tentunya, adalah mencatat wahyu yang diterima oleh Rasul saw. Tetapi tulis-baca ini juga dibutuhkan untuk memungkinkan komunikasi antara umat Islam dengan suku dari bangsa lain.
Istilah kuttab telah dikenal di kalangan bangsa Arab pra-Islam; dan seperti sebelumnnya kuttab menjalankan fungsi yang sama dalam Islam, yaitu sebagai lembaga pendidikan dasar terutama mengajarkan tulis-bacaMenuruti ajaran Islam, Rasulullah saw. memberikan perhatian khusus pada soal-soal pendidikan. Keterampilan tulis-baca yang merupakan materi utama pendidikan kuttab- menjadi semakin penting sejalan dengan berkembangnya komunitas Muslim Madinah. Kebutuhan paling penting, tentunya, adalah mencatat wahyu yang diterima oleh Rasul saw. Tetapi tulis-baca ini juga dibutuhkan untuk memungkinkan komunikasi antara umat Islam dengan suku dari bangsa lain.
Peletakan tulis-baca sebagai prioritas dapat kita lihat dengan peristiwa pembebasan beberapa tawanan Perang Badar, telah mereka mengajarkan tulis-baca kepada sekelompok Muslim. Rasul saw juga memerintahkan Al-Hakam bin Sa’id untuk mengajar pada sebuah kuttab di Madinah. Ini menunjukkan bahwa pendidikan telah menjadi perhatian utama umat Islam sejak masa yang paling awal.
KH. Marzuqi dalam mengisi kehidupannya, ia banyak mengumpulkan riwayat-riwayat Arab dan Islam dari satu tempat ke tempat lain. Setelah itu, ia banyak menghabiskan waktunya untuk mengajar dan menulis. Dalam kepribadian KH. Marzuqi ia terkenal dengan sifatnya yang zuhud, wara’ dan akhlaknya yang mulia. Ketika ia tidak memiliki harta benda dan kesempatan untuk mendapatkan harta sangat mudah, ia memilih hidup sederhana.
KH. Marzuqi dalam mengisi kehidupannya, ia banyak mengumpulkan riwayat-riwayat Arab dan Islam dari satu tempat ke tempat lain. Setelah itu, ia banyak menghabiskan waktunya untuk mengajar dan menulis. Dalam kepribadian KH. Marzuqi ia terkenal dengan sifatnya yang zuhud, wara’ dan akhlaknya yang mulia. Ketika ia tidak memiliki harta benda dan kesempatan untuk mendapatkan harta sangat mudah, ia memilih hidup sederhana.
Kita semestinya bersyukur sebagai bangsa Indonesia yang mempunyai sejarah masa lampau yang gemilang dan kita menciptakan sejarah gemilang bagi bangsa kita masa depan. Dan dengan mempelajari sejarah kita akan mengetahui betapa suka-dukanya pelopor-pelopor Islam dalam menyebarkan Islam di belahan bumi Allah ini. Beliau yakin dengan belajar dan mengajarkan syariat Allah sesuai dengan kemampuannya, menurut Asy-Syaik Al-Allamah ‘Ubaid Al-Jabiri Hafidzahullah, beliau pernah mengatakan , “Jika kamu mempelajari agama Allah sesuai kemampuanmu, dan setelah itu kamu ajarkan kepada istri dan anak-anakmu, maka kamu akan mendapatkan pahala mereka selama turun temurunnya generasi, meskipun sampai ratusan tahun yang akan datang.” Karena mereka akan mengajarkan imu yang kamu ajarkan kepada orang-orang setelahnya. 7
Sesuai dengan tujuan Pendidikan Agama Islam dan Pendidikan Nasional bahwa keberadaan Aqidah dan Akhlak sudah menjadi keharusan bagi umat khususnya untuk lembaga dalam proses mengajar tidak dapat dipisahkan dari kehidupan umat Islam dimana dan kapan saja, karena Aqidah merupakan keyakinan-keyakinan yang benar terhadap hal-hal yang harus di Imani, sehingga tercermin dalam sikap
_______________
7.Biografi Guru Marzuqi Bin Mirshod, Serta Pemikirannya Dalam Bidang Tauhid, Fiqih dan Tasawuf, FORSIKA (Forum Silaturrahmi Keluarga Marzuqi) h.2
dan tingkah lakunya sehari-hari, demikian juga Akhlak yang merupakan petunjuk untuk mencapai perbuatan baik serta menghindarkan diri dari perbuatan buruk.
Pembentukan manusia yang berakhlak mulia adalah melewati proses pembentukan kepribadian, yang tidak bisa tumbuh dengan tiba-tiba dan serta-merta. Di dalam proses pembentukan kepribadian itulah diperlukan strategi, wacana, metode yang tepat.
Menyoroti kurang optimalnya pendidikan agama sebagai sebuah proses pembentukkan akhlak, Daulay mengemukakan, bahwa:
“Di dalam pelaksanaan pendidikan akhlak pada saat pendidikan agama, ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian sehingga hasilnya belum optimal.
Pertama, terlalu kognitif, pendekatan yang dilakukan terlalu berorientasi pengisian otak, memberitahu mana yang baik dan mana yang jelek, yang sepatutnya dilakukan dan yang tidak sepatutnya, dan seterusnya. Aspek afektif dan psikomotoriknya tidak tersinggung, kalaupun tersinggung sangat kecil sekali.
Kedua, problema yang bersumber dari anak didik yang berdatangan dari latar belakang keluarga yang beraneka ragam, yang sebagiannya ada yang sudah tertata dengan baik akhlaknya di rumah tangganya masing-masing dan ada yang belum.
Ketiga, terkesan bahwa tanggung jawab pendidikan agama tersebut berada di pundak guru agama agama saja.
Ketiga, terkesan bahwa tanggung jawab pendidikan agama tersebut berada di pundak guru agama agama saja.
Keempat, keterbatasan waktu, ketidakseimbangan antara waktu yang tersedia dengan bobot materi pendidikan agama yang sudah dirancangkan”. 8
_____________
8. Haidari Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Pendidikan Nasional (Jakarta: kencana, 2004), h. 220.)
Permasalahan yang terjadi dalam berbagai segi kehidupan manusia yang terwujud dalam berbagai tingkah laku : seperti pelanggaran, pencurian, perampokan, perjudian, pemerkosaan, dan yang lebih serius lagi adalah gencarnya pemakaian narkoba di kalangan remaja. Perbuatan seperti itu sangatlah merusak masa depan bangsa.
Terjadinya permasalahan tersebut dikarenakan rendahnya Akhlak mereka, karena itu upaya pembinaan dan peningkatan akhlak penting. Pendidikan aqidah akhlak dapat digunakan sebagai barometer (alat ukur) pribadi seseorang. Ukuran akhlak oleh sebagian ahli diletakkan sebagai alat penimbang perbuatan baik buruk pada faktor yang ada dalam diri manusia yang masyhur dengan istilah al-qanun adz-dzatiy dalam istilah asing di sebut autonomous.
Alat penimbang perbuatan ialah faktor yang datang dari luar diri manusia (al-qanun al-kharijiy) baik yang bersifat 'urf atau dalam undang-undang hasil produk pikiran manusia dan kehendak dari Tuhan (Agama). Apabila yang menjadi ukuran itu dari faktor dalam diri manusia, maka tekanannya adalah akal dan pikiran dan suara hati, kalau alat pengukur akhlak itu harus universal. Seseorang tidak harus menggunakan alat ukur untuk mengetahui akhlak orang lain, tetapi kita harus mengetahui terlebih dahulu akhlak yang kita miliki, sehingga kita mampu mengetahui baik buruknya akhlak seseorang dengan memahami akhlak yang kita miliki, bahkan dapat pula mengetahui sempurna atau tidaknya iman seseorang. Dengan kata lain makin sempurna Akhlaknya makin sempurna pula iman seseorang dan sebaliknya makin rusak iman makin rusak pula iman seseorang, seperti hadits berikut:
“Orang mukmin yang paling sempurna Imannya, ialah orang mukmin yang paling baik akhlaknya (HR.At-Tarmidzi)”
Bahwa orang Islam yang berakhlak buruk, keburukan akhlaknya merupakan bukti bahwa dia belum berhasil dalam beragama, dia belum mencapai sesuatu yang sangat penting dan yang menyatu dengan agama, yaitu akhlak yang baik. Kejadian tentang masalah kerusakan moral, maka pendidikan Aqidah Akhlak wajib diberikan pada setiap lembaga-lembaga pendidikan, dita’lim masyarakat.
Menurut Abuddin Nata, adanya perilaku-perilaku yang menyimpang yang terjadi tersebut karena adanya beberapa faktor yang melatar belakanginya. diantaranya :
Pertama longgarnya pegangan terhadap agama, dengan longgarnya pegangan nilai-nilai agama dalam diri seseorang maka hilanglah kekuatan pengontrol dalam diri orang tersebut. 9
Kedua kurang efektifnya pembinaan Akhlak yang dilakukan oleh rumah tangga, sekolah, maupun masyarakat.
Dan Ketiga dampak dari perkembangan dan kemajuan IPTEK .
Dengan bekal ilmu akhlak, orang dapat mengetahui batas mana yang baik dan batas mana yang dilarang, juga dapat menempatkan sesuatu pada tempatnya. Orang yang berakhlak dapat memperoleh irsyad, taufik, dan hidayah sehingga bahagia di dunia dan akhirat.
Kesempurnaan akhlak manusia dapat dicapai melalui dua jalan. Pertama, melalui karunia Tuhan yang menciptakan manusia dengan fitrahnya yang sempurna, akhlak yang baik, nafsu syahwat yang tunduk kepada akal dan Agama. Manusia tersebut dapat memperoleh ilmu tanpa belajar dan terdidik tanpa melalui proses pendidikan, manusia yang tergolong seperti itu adalah para Nabi dan Rasul Allah. Kedua, akhlak melalui berjuang secara bersungguh-sungguh (mujahadah) dan latihan (riyadhah) yaitu membiasakan diri melakukan akhlak-akhlak mulia.
___________
9. Abuddin, Dampak dari perkembangan dan kemajuan IPTEK, 2002 h. 16
Kiai Ahmad Marzuki Bin Mirsod merupakan ulama Betawi yang menuangkan gagasan-gagasan keagamaannya (Islam) ke dalam konteks lokal dengan menulis beberapa naskah kitab dan menerjemahkan kitab “Tuhfatu Al-Rohman Fi Bayani Akhlaqi Al-Nabi Akhiri Al-Zaman” dengan menggunakan bahasa melayu pegon.
Salah satu factor keberhasilan beliau selain ketekunan, adalah guru-guru beliau ridhwanullohu ta’ala ‘alayhim yang diberkahi, diantaranya adalah : As-Syaikh Usman Serawak, As-Syaikh Muhammad ‘Ali Al-Maliki, As-Syaikh Muhammad Amin Sayid Ahmad Ridwan, As-Syaikh Hasbulloh Al-Mishro, As-Syaikh ‘Umar Sumbawa, As-Syaikh Muhammad ‘Umar Syatho, As-Syaikh Sayyid Ahmad Zaini Dahlan (Mufti Makkah).10
Pemikiran keagamaannya tertuang dalam beberapa naskah kitabnya yang meliputi berbagai bidang; Fiqih, Aqidah, Tasawuf, yang secara keseluruhan berjumlah 8 buah kitab. Beliau telah mengajarkan berbagai macam ilmunya kepada para muridnya sehingga ada beberapa para muridnya yang mengembangkan ilmunya dengan mendirikan pondok pesantren kembali.
Beliau juga telah membangun negara Indonesia dengan peradaban yang Islami, yakni dengan menegakkan keadilan, adanya prinsip politik yang seimbang, dan menjunjung tinggi syari’at. Dengan adanya keadilan, maka adanya tatanan kehidupan yang adil, menuntut diwujudkannya sebuah tatanan politik yang berdasarkan tauhid. Tatanan politik tersebut akan melahirkan konsep kewilayahannya yang spesifik. Al-Maududi, dalam Nazhariyyatu al- Islam al- Siyasah. Menegaskan bahwa daulah Islamiyah melindungi seluruh dimensi kehidupan kemanusiaan dan seluruh bagian peradaban sesuai dengan prinsip moral Islam dan aksi reformasinya.11
_________________
10.Manaqib Guru Marzuqi, Berdirinya NU di DKI Jakarta, Biografi Singkat Ulama Betawi. h.2
11. Jamal Ma’mur Asmani, MenatapMasa Depan NU, Aswaja Pressindo, Yogyakarta, 2016.
Dalam hal ini yang dapat membangun negeri menjadi masyarakat yang beradab dan berperan dengan penerapan ilmu pengetahuan dan ilmu agama adalah tokoh para ulama, maka dari itu saya mengangkat As-Syaikh K.H. Ahmad Marzuki Bin Mirsod dari ulama Betawi sebagai peran sekaligus tokoh yang dapat membangun kota Jakarta dengan kebersamaan perbedaan budaya didalamnya.
Tuhfatu Al-Rohman Fi Bayani Akhlaqi Al-Nabi Akhiri Al-Zaman, kitab ini mengajarkan kepada setiap muslim untuk lebih mengenal tentang Rabb-nya, sebagaimana manusia mengenal dirinya sendiri. Di dunia pesantren, khususnya salafiyah, kitab kuning merupakan rujukan bagi sejumlah santri dan kyai untuk menjawab berbagai persoalan kemasyarakatan dalam kehidupan sehari-hari.
Hampir tiada hari bagi seorang santri, tanpa bersentuhan dengan kitab kuning. Kitab kuning adalah sebuah buku yang ditulis para ulama Salafiyah (mutaqaddimin; terdahulu), tentang persoalan kehidupan sehari-hari.
Umumnya, kitab kuning itu membahas tentang masalah fiqih (shalat, puasa, zakat dan haji), hadits, tasawuf, tata bahasa arab (nahwu, sharaf, balaghah, mantiq), tafsir, aqidah (Tauhid) dan lainnya.
Hampir tiada hari bagi seorang santri, tanpa bersentuhan dengan kitab kuning. Kitab kuning adalah sebuah buku yang ditulis para ulama Salafiyah (mutaqaddimin; terdahulu), tentang persoalan kehidupan sehari-hari. Umumnya, kitab kuning itu membahas tentang masalah fiqih (shalat, puasa, zakat dan haji), hadits, tasawuf, tata bahasa arab (nahwu, sharaf, balaghah, mantiq), tafsir, aqidah (Tauhid) dan lainnya.
Pengertian adab adalah menggunakan perkataan, perbuatan, dan hal ihwal yang bagus. Ada pula di antara mereka yang mengatakan bahwa adab adalah meninggalkan sesuatu yang membawa kejelekan (aib). Di samping itu ada yang mengatakan bahwa pengertian adab adalah menghiasi diri dengan hiasan orang-orang yang memiliki keutamaan. Menurut pendapat lain, arti adab adalah tidak bermaksiat kepada Allah dan tidak merusak harga diri. Ada pula yang mengatakan bahwa adab berarti takwa kepada Allah. Jadi, orang yang bertakwa kepada Allah adalah orang yang beradab.
Al-Bukhari telah menyusun kitab tersendiri yang berjudul al- Adab al-Mufrad. Al-Bukhari Mengatakan, Kitab Adab. Yaitu, adab yang diambil dari Muhammad saw, bukan adab yang diambil dari al-Hathiah, Umru'ul Qais, Jarir, atau Farazdaq, karena apabila seorang yang beradab tidak mempunyai iman atau pesan maka ia tidak memiliki manfaat dalam agama dan tidak pula di akhirat. Syair yang tak memiliki pesan, kisah-kisah yang tak memiliki pesan, dan drama yang tak memiliki misi, di sisi Allah tidak mempunyai pengarah maupun manfaat. Adab Rasulullah yang telah mengajarkannya kepada kita.
Dalam riwayat Ibn Asakir terdapat perkataan yang dinisbahkan kepada Nabi saw bahwa beliau mengatakan:
Tuhanku telah mendidikku dengan didikan yang sebaik-baik-nya. (Lihat Jami’ al-Ahadits wa al-Marasil (nomor 780 – 781) dan adh-Dha’ifah (nomor 72)
Tatkala Allah Ta’ala telah menyempurnakan akhlaq budi-pekertinya, maka Allah Ta’ala memujikannya. Allah Ta’ala berfirman: “Dan engkau sesungguhnya mempunyai akhlaq yang tinggi”. (Q.S 68 Al Qalam ayat 4). Maha Suci Allah Taala alangkah agung urusanNya dan alangkah sempurna ni’matNya Kemudian, perhatikanlah kepada merata kasih-sayangNya dan besar kurniaNya . Bagaimana Ia memberi, kemudian memuji. Ia yang menghiaskan Nabi saw dengan akhlaq mulia, kemudian mengatakan yang demikian kepadanya, dengan firmanNya:
“Dan engkau sesungguhnya mempunyai budi-pekerti yang tinggi”. (Q.S Al Qalam ayat 4).
Kemudian Rasulullah saw menerangkan kepada manusia, bahwa Allah Ta’ala menyukai akhlaq yang mulia dan memarahi akhlaq yang buruk . Adab (أدب ) dapat diartikan dalam konteks perilaku, perbuatan: kebaikan, kesantunan, moral, sopan santun, kesusilaan, kemanusiaan Uraian yang lebih rinci tentang konsep adab dalam Islam disampaikan oleh Prof. Naquib al-Attas. Menurut Prof. Naquib, adab adalah “pengenalan serta pengakuan akan hak keadaan sesuatu dan kedudukan seseorang, dalam rencana susunan berperingkat martabat dan darjat, yang merupakan suatu hakikat yang berlaku dalam tabiat semesta.”
Pengenalan adalah ilmu; pengakuan adalah amal. Maka, pengenalan tanpa pengakuan seperti ilmu tanpa amal; dan pengakuan tanpa pengenalan seperti amal tanpa ilmu. ”Keduanya sia-sia kerana yang satu mensifatkan keingkaran dan keangkuhan, dan yang satu lagi mensifatkan ketiadasedaran dan kejahilan,” demikian Prof. Naquib al-Attas.12 Lebih jauh, pakar filsafat Islam dan sejarah Melayu ini menjelaskan:
”Ta’rif adab yang dikemukakan di sini dan yang lahir dari pengertian Islam, dengan sendirinya menjelaskan bukan sahaja harus dia itu ditujukan maksud pengenaannya pada bangsa insani belaka; bahkan dia juga harus dikenakan pada keseluruhan alam tabi’i dan alam ruhani dan alam ilmi.
Sebab, adab itu sesungguhnya suatu kelakuan yang harus diamalkan atau dilakukan terhadap diri, dan yang berdasarkan pada ilmu, maka kelakuan atau amalan itu bukan sahaja harus ditujukan kepada sesama insani, bahkan pada kenyataan makhluk jelata, yang merupakan ma’lumat bagi ilmu. Tiap sesuatu atau seseorang memiliki hak yang meletakkannya pada keadaan atau kedudukan yang sesuai bagian keperluannya.
________________
12. Syed Muhammad Naquib al-Attas, Risalah untuk Kaum Muslimin (Kuala Lumpur: ISTAC, 2001), h. 118-120.
Apabila faham adab itu dirujukkan kepada sesama insan, maka dia bermaksud pada kesusilaan akhlakiah yang menbicarakan kewajiban diri berperangai mengikut keperluan haknya dalam susunan berperingkat derajat yang terencana, umpamanya, dalam keluarga, dalam musharakat, dalam berbagai corak pergaulan kehidupan. Apabila dia dirujukkan pada alam ilmi pula, maka dia bermaksud pada ketertiban budi menyesuaikan haknya pada rencana susunan berperingkat martabat yang mensifatkan ilmu; umpamanya pengenalan serta pengakuan akan ilmu bahwa dia itu tersusun taraf keluhuran serta keutamannya, dari yang bersumber pada wahyu ke yang berpuncak pada perolehan dan perolahan akal; dari yang fardu ain ke yang fardu kifayah; dari yang merupakan hidayah bagi kehidupan ke yang merupakan kegunaan amali baginya.
Dan adab terhadap ilmu itu yaitu mengenali serta mengakui taraf keluhuran serta keutamaan yang terencana pada ilmu, niscaya dapat menghasilkan dalam diri pencapaian yang seksama terhadap meramukan, menurut taraf keperluannya, berbagai macam ilmu yang membina keadilan dalam diri. Dan keadilan dalam diri itu menyesuaikan haknya pada kewajiban membimbingnya ke arah pengenalan serta pengakuan akan ilmu yang bersumberkan wahyu, yang menyesuai hak diri jua, dan yang dengannya dapat menjelmakan akibat amali dalam diri sehingga menyelamatkannya dunia-akhirat.”
Sedangkan makna Akhlak adalah karakter (pembawaan, perangai) dan tabiat. Akhlak sebagaimana dikatakan ahlul ‘ilmi adalah bentuk batin manusia. Al-Hilm: seseorang mengendalikan dirinya ketika marah. Jika terkena marah dan dia dalam keadaan kuasa, maka dia berlaku hilm, tidak menghukum dan terburu-buru menghukum. 13
—————————————
13.Syarh Riyadhish Shalihin karya Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin: Bab Al-Hilm Wal Anah War-Rifq.
(https://bimbinganislami.wordpress.com/2010/06/27/pengertian-definisi-akhlak-akhlaq,oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah pkl.09.15, 01 Muharram 1440 H)
Karena manusia mempunyai dua bentuk:
1. Bentuk lahir, yaitu bentuk ciptaannya yang Allah menjadikan badan pada bentuk itu. Dan bentuk lahir ini ada yang indah bagus, dan ada yang buruk jelek, dan ada yang di antara itu.
2. Bentuk bathin, yaitu keadaan jiwa yang kokoh (tertancap kuat), yang muncul darinya [perbuatan-perbuatan yang bagus atau yang jelek, tanpa butuh kepada pemikiran dan pertimbangan.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda:
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَاناً أَحْسَنُهُمْ خُلُقاً
“Orang beriman yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” (Shahih. HR. Abu Dawud 4682 dan At-Tirmidzi 1162, dishahihkan Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ 1230, 1232)
Maka sepantasnya hadits ini selalu berada di hadapan seorang mukmin. Karena manusia jika mengetahui bahwa tidak akan menjadi orang yang sempurna imannya kecuali jika baik akhlaknya, maka itu menjadi pendorong untuk berusaha berakhlak dengan akhlak-akhlak yang baik dan sifat-sifat yang luhur, serta meninggalkan yang jelek dan buruk.
Syeikh Ahmad Marzuki menjelaskan makna tauhid dalam kitab terjemahnya “Tuhfatu Al-Rohman Fi Bayani Akhlaqi Al-Nabi Akhiri Al-Zaman,” meliputi 26 pasal yang menjelaskan bab Adab dan akhlak dalam bergaul dalam kehidupan.
No | Isi kitab “Tuhfatu Al-Rohman Fi Bayani Akhlaqi Al-Nabi Akhiri Al-Zaman” |
Bab 1 | Menjelaskan makna Adab |
Bab 2 | Menjelaskan baiknya perangai |
Bab 3 | Syariat yang terbit dari pada iman |
Bab 4 | Sidiq yang benar |
Bab 5 | Hilim, yakni tiada segara marah |
Bab 6 | Menyatakan Afwun, yakni memaafkan dosa saudara |
Bab7 | Menyatakan Rifqun, kelembutan dan menjauhkan sifat kasar |
Bab 8 | Menyatakan menyukupi janji |
Bab 9 | Menyatakan ulfah dan husnul Mu’asyaroh |
Bab10 | Menyatakan Miswaroh |
Bab 11 | Menyatakan memelihara akan lidah |
Bab 12 | Menyatakan Hijah (Bersendagurau) |
Bab 13 | Menyatakan Muru’ah (kehormatan) |
Bab 14 | Menyatakan Sifat Ilmu |
Bab 15 | Menyatakan sifat sombong hanya milik Allah |
Bab 16 | Menyatakan Adil |
Bab 17 | Menyatakan Rajin |
Bab 18 | Menyatakan menyebutkan rahasia kemulyaan atau kehinaan |
Bab 19 | Menyatakan Sabar |
Bab 20 | Menyatakan Hasad |
Bab 21 | Menyatakan Tabiat/ perangai |
Bab 22 | Mengajar anak laki-laki dan anak Perempuan |
Bab 23 | Adab bercampur dengan manusia |
Adab 24 | Menyatakan Rahmat dan Syafa’at |
Adab 25 | Adab kepada Orang tua (Ibu, Bapak tertentu) |
Adab 26 | Adab kepada sekalian saudara muslim |
Sumber utama ilmu Adab dari kitab Tuhfatu Al-Rohman Fi Bayani Akhlaqi Al-Nabi Akhiri Al-Zaman karangan Syeikh Marzuki Bin Mirshod.
Hukum mempelajari ilmu Adab adalah fardhu’ain bagi setiap muslim dan muslimah sampai ia betul-betul memiliki keyakinan dan kepuasan hati serta akal bahwa ia berada diatas agama yang benar.
Dari uraian di atas, penulis berusaha mengkaji lebih mendalam tentang nilai pendidikan adab dalam kitab Tuhfatu Al-Rohman Fi Bayani Akhlaqi Al-Nabi Akhiri Al-Zaman yang di dalamnya terdapat beberapa uraian tentang pendidikan adab dan akhlak. Untuk itu, maka penulis mencoba untuk menyusun sebuah tesis yang berjudul: “Penerapan Nilai Adab Dalam Kitab “Tuhfatu Al-Rohman Fi Bayani Akhlaqi Al-Nabi Akhiri Al-Zaman Karya Sayid Ahmad Al-Marzuki” di Masyarakat Cipinang Muara.”
Alasan penulis mengambil judul di atas karena melihat perkembangan zaman yang terjadi pada saat ini. Banyak masyarakat yang mengaku beragama Islam dan beriman kepada Allah SWT. Akan tetapi, sikap dan perilaku mereka tidak mencerminkan keimanan dan tidak berperilaku sopan dalam beradab dan bertingkah laku keseharian.
Sebagian besar dari mereka sering melakukan ke onaran, berbuat dzalim, seperti halnya: mabuk-mabukan, berjudi, anak sekolah tawuran serta anak yang melawan orang tuanya. Oleh sebab itu, penulis menganalisis dan mengemukakan salah satu penyebabnya ialah kurangnya pendidikan adab dan akhlak pada diri mereka, jika ilmu adab sudah diajarkan dan diterapkan dilingkungan keluarga sejak kecil, maka ia sudah mengerti penerapan akhlak dewasa kemudian hari, niscaya ia akan benar-benar takut kepada Allah, memahami syari’at Allah dengan mudah. Bila seseorang takut kepada Allah, sungguh ia akan melaksanakan apa yang diperintahkan Allah dan meninggalkan apa yang dilarang-Nya.
Dalam Bahasa Arab syafaat terambil dari kataشفع berarti menggabungkan sesuatu dengan sesuatu lain yang sejenisnya agar menjadi sepasang. Syafaat yang diambil dari kata syafa‘a ini, secara istilah berarti memohonkan ampunan untuk dosa yang telah diperbuat. Syafaat juga berarti permohonan ampun oleh seseorang yang memiliki hak syafaat untuk orang yang berhak mendapatkannya. Jadi, syafaat Nabi SAW atau manusia-manusia suci lainnya untuk sekelompok umat berarti doa, permohonan ampun, atau juga permintaan atas sebuah hajat ke hadirat Allah SWT untuk umat yang menerima syafaat. Ringkasnya, makna syafaat tidak jauh berbeda dari doa. Pendapat lain mengatakan bahwa syafaat berarti menjadi perantara bagi orang lain untuk mengusahakan kebaikan dan mencegah keburukan. Pendapat kadua ini jauh lebih baik karena meliputi dua permohonan, yakni mendapat kebaikan dan terhindar dari keburukan. Selain itu ada yang berpendapat bahwa syafaat adalah permohonan agar selamat dari dosa dan kejahatan.
Kemudian setelah ia menyadari pentingnya ilmu adab dan akhlak, maka perbuatan-perbuatan dzalim yang disebutkan di atas sungguh akan bisa dihindari. Penulis merujuk pada kitab “Tuhfatu Al-Rohman Fi Bayani Akhlaqi Al-Nabi Akhiri Al-Zaman ini, karena di dalam kitab tersebut membahas tentang ilmu adab dan akhlak yang menerapkan dasar pokok bagi umat Islam, selain kata-katanya mudah dipahami oleh orang awam kitab tersebut memiliki lafadz-lafadz yang relatif sedikit karena memang kitabnya tipis, akan tetapi mempunyai kandungan makna yang banyak dan cakupannya luas. Selain itu, karena penerapan ilmu adab suatu perbuatan manusia untuk meng-Esa-kan Allah SWT sebagai suatu landasan umat muslim dalam menjalankan semua ibadah. Pendidikan Adab dalam kitab „ Tuhfatu Al-Rohman Fi Bayani Akhlaqi Al-Nabi Akhiri Al-Zaman yang sampai sekarang masih digunakan dalam pembelajaran pendidikan Agama khususnya dimasjid talim Al-Marzukiyah .
Harapan penulis, semoga dapat memberikan kontribusi dan manfaat dalam meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang pendidikan Adab, terutama bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
B.Rumusan Masalah
Islam diJakarta adalah Islam yang moderat yang bisa hidup dalam keberagaman , Islam yang menjunjung tinggi hak perempuan dan hak manusia. Dari periode sejarah beberapa abad, dapat dilacak tentang bagaimana dinamika Identitas Islam, relasi antar agama, geneologi pengetahuan, hingga jejaring antar ulama yang menjadi dampak konseptualisasi dibangunnya wajah Islam Nusantara.
Dalam Hal ini saya akan menulis biografi As-Syaikh K.H. Ahmad Marzuki Bin Mirsod dari ulama Betawi yang menjadi generasi kedua dalam jaringan intelektual Islam Betawi pada abad ke -19, yakni As-Syaikh K.H. Ahmad Marzuki Bin Mirsod. Pada penulisan tesis ini, penulis bertitik tolak pada latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka perumusan masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana pembelajaran Aqidah Akhlak Kitab “Tuhfatu Al-Rohman Fi bayani Akhlaqi Al-Nabi Akhiri Al-Zaman “karya tulis KH. Ahmad Marzuki?
2. Apa nilai pendidikan Adab dan akhlak dalam kitab “Tuhfatu Al-Rohman Fi Bayani Akhlaqi Al-Nabi Akhiri Al-Zaman karya Sayid Ahmad Al-Marzuki?
3. Bagaimana signifikasi penerapan ilmu Adab dan akhlak dalam kehidupan sehari-hari.
C.TujuanPenelitian
Adapun Tujuan penelitian ini merupakan kajian tokoh Ulama Betawi yang hidup bernama As-Syaikh K.H. Ahmad Marzuki Bin Mirsod. Beliau menunjukkan adanya hasil, sesuatu yang diperoleh setelah penelitian selesai, sesuatu yang akan dicapai atau dituju dalam sebuah penelitian.
Rumusan tujuan mengungkapkan keinginan peneliti untuk memperoleh jawaban atas permasalahan penelitian tentang kajian tokoh ulama As-Syaikh K.H. Ahmad Marzuki Bin Mirsod. Proses penelitian informasi yang dapat dilakukan melalui wawancara dengan kerabat, keluarga, guru atau murid atau sahabat yang mengalami kesaksian dengan As-Syaikh K.H. Ahmad Marzuki Bin Mirsod.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui lebih dekat tokoh ulama As-Syaikh K.H. Ahmad Marzuki:
a. Memetakan karya-karya As-Syaikh K.H. Ahmad Marzuki
b. Menganalisis Kitab “Tuhfatu Al-Rohman Fi Bayani Akhlaqi Al-Nabi Akhiri Al-Zaman “karya tulis KH. Ahmad Marzuki
c. Untuk mengetahui proses pembelajaran Kitab “Tuhfatu Al-Rohman Fi Bayani Akhlaqi Al- Nabi Akhiri Al-Zaman “karya tulis KH. Ahmad Marzuki
d.Untuk mengetahui pengaruh pembelajaran Aqidah Akhlak terhadap perilaku peserta didik Kitab “Tuhfatu Al-Rohman Fi Bayani Akhlaqi Al-Nabi Akhiri Al-Zaman “karya tulis KH. Ahmad Marzuki
D.Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini, dapat memberikan manfaat bagi lembaga pendidikan yang bersangkutan. Manfaat yang dapat kita ambil dari hasil penelitian ini, agar dalam mendidik dan mengubah perilaku peserta didik yang baik dilingkungan keluarga dan masyarakat yaitu dengan cara proses pembelajaran Aqidah Akhlak dengan baik :
a. Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan proses pembelajaran Tuhfatu Al-Rohman Fi Bayani Akhlaqi Al-Nabi Akhiri Al-Zaman “karya tulis KH. Ahmad Marzuki
b.Sebagai bahan informasi sejauh mana pengaruh pembelajaran Tuhfatu Al-Rohman Fi Bayani Akhlaqi Al-Nabi Akhiri Al-Zaman “karya tulis KH. Ahmad Marzuki
c.Untuk menambah dan mengembangkan cakrawala pengetahuan penulis sendiri tentang hal-hal yang berkaitan dengan pembelajaran Adab dan Akhlak .
Manfaat Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung antara lain:
1. Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Hasil penelitian ini dapat memberi sumbangan yang sangat berharga pada perkembangan ilmu pendidikan di pondok pesanteren, terutama pada penerapan model-model pembelajaran untuk meningkatkan hasil proses pembelajaran ditingkat akademik, khususnya pengembangan ilmu Fiqih, Tauhid dan Akhlak.
2. Bagi Pondok Pesantren
Sebagai bahan masukan bagi pondok pesanteren untuk memperbaiki praktik-praktik pembelajaran guru agar menjadi lebih efektif dan efisien sehingga kualitas pembelajaran dan hasil belajar santri meningkat. Dan meningkatkan hasil belajar dan solidaritas santri untuk menemukan pengetahuan dan mengembangkan wawasan, meningkatkan kemampuan menganalisis suatu masalah melalui pembelajaran dengan model pembelajaran inovatif.
3. Bagi Guru atau Calon Peneliti
Sebagai sumber informasi dan referensi dalam pengembangan penelitian dan menumbuhkan budaya meneliti agar terjadi inovasi pembelajaran.
4. Bagi Peneliti
Sebagai sarana belajar untuk mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan dengan terjun langsung sehingga dapat melihat, merasakan, dan menghayati apakah praktik-praktik pembelajaran yang dilakukan selama ini sudah efektif dan efisien.
D. Tinjauan Pustaka
Pertama, buku yang ditulis oleh Sayyid Abul A’la Maududi dalam karya tulisnya Peradaban Islam, Fondasi dan Pilar-pilar Iman (Pustaka Hati, 2017) peradaban telah menjadi salah satu ide utama di abad modern, yang merujuk kepada sebuah masyarakat yang memiliki tatanan kehidupan yang sudah mapan, tumbuh dari kondisi-kondisi positif eksistensinya menghubungkan antara islam dan peradaban yang dapat membentuk karakter individu yang membangun keyakinan fundamental, serta konsep filosofis perkembangan manusia. 14
Kedua : Abu Yasid, Paradigma Baru Pesantren, IRCiSoD, Yogyakarta, 2018. As-Syaikh K.H. Ahmad Marzuki Bin Mirsod telah berjasa dalam pendidikan masyarakat dan juga telah membangun pesantren yang ke ilmuannya telah diwarisi kepada anak-anaknya. Eksistensi pesantren memang sangat dibutuhkan sebagai lembaga yang berkontribusi melakukan pembenahan terhadap kemiskinan spiritual masyarakat. 15
____________
14. Sayyid Abul A’la Maududi dalam karya tulisnya Peradaban Islam, Fondasi dan Pilar-pilar Iman, Pustaka Hati, Yogyakarta , 2017
15. Abu Yasid, Paradigma Baru Pesantren, IRCiSoD, Yogyakarta, 2018
Ketiga : Buku Manaqib Guru K.H. Ahmad Marzuki Al-Betawi (1293 – 1353 H/1876 – 1934 M) Nama lengkap beliau adalah “KH.Ahmad Marzuki bin Syekh Ahmad al-Mirshad bin Khatib Sa’ad bin Abdul Rahman al-Batawi”.
Ulama terkemuka asal Betawi yang bermazhab Syafi’i dan populer dengan sebutan Guru Marzuki ini lahir dan besar di Batavia (Betawi).16
Ilmu yang dipelajarinya pun bermacam-macam, mulai dari nahwu, shorof, balaghah (ma‘ani, bayan dan badi‘), fikih, ushul fikih, hadits, mustholah hadits, tafsir, mantiq (logika), fara’idh, hingga ke ilmu falak (astronomi).
Dalam bidang tasawuf, guru Marzuki memperoleh ijazah untuk menyebarkan tarekat al-‘Alawiyah dari Syekh Umar Syatta al-Bakri al-Dimyathi (w. 1331 H.) yang memperoleh silsilah sanad tarekatnya dari Syekh Ahmad Zaini Dahlan (w. 1304 H/1886 M.), Mufti Syafi’iyyah di Mekah al-Mukarramah.
Dalam disertasi doktoralnya di Fak. Darul Ulum, Cairo University (hal. 63 – 66), Daud Rasyid memasukkan Guru Marzuki sebagai salah seorang pakar Hadits Indonesia yang sangat berjasa dalam penyebaran hadits-hadits nabi di Indonesia dan menjaga transmisi periwayatan sanadnya.
Umat Islam hendaknya mempercepat hijrah dari ketidakberdayaan sosial menuju pemberdayaaan sosial. Kepekaan dan kreativitas iman mesti terus diasah dan ditingkatkan untuk terus melahirkan karya-karya sosial dan karya-karya kemanusiaan yang berguna bagi kepentingan umat dan bangsa secara keseluruhan. Karena sebaik-baik manusia adalah orang yang banyak amalnya dan memberikan manfaat yang besar kepada orang lain. 17
____________
16. Buku Manaqib Sejarah Guru K.H. Ahmad Marzuki Al-Betawi.
17. Faisal Ismail, Islam yang produktif titik temu Visi keutamaan dan kebangsaan, IRCiSoD, Yogyakarta, 2017.
Semoga karya beliau dapat bermanfaat untuk generasi muslim.Yang dapat membangun kesempurnaan moral. Karena banyak pemikiran dan konsep serta karakter dijelaskan dengan berbagai cara menjalani hidup. Dalam peradaban lain bukan hanya diperbolehkan melainkan sesekali bahkan diperintahkan oleh peradaban itu sendiri.18 Adanya “perspektif tentang kehidupan”. Pada gilirannya, kader-kader muslim, diharapkan menjadi muslim yang tangguh.
Keempat: B. Wiwoho, Islam Mencintai Nusantara, Jalan Dakwah Sunan Kalijaga, Iiman, 2017. Wali Sanga memiliki peran yang sangat besar dalam proses penyebaran agama Islam di Pulau Jawa. Wali Sembilan mendirikan beberapa pesantren atau padepokan yang menjadi pusat-pusat pendidikan dengan tujuan melakukan kaderisasi. Santrinya datang dari berbagai daerah, dari seluruh pelosok Nusantara. Hal itu menjadi bagian penting bagi perkembangan Islam di tanah Jawa.19
Kelima : Nilai pendidikan Adab dan akhlak dalam kitab “Tuhfatu Al-Rohman Fi Bayani Akhlaqi Al-Nabi Akhiri Al-Zaman karya Sayid Ahmad Al- Marzuki, ditulis tahun 1933 M. yang telah ditulis tangan oleh syeikh Ahmad Al- Marzuki sendiri dengan tulis tangan bahasa Melayu Pegon, sehingga bahasanya mudah dipahami dengan menjelaskan 26 pembahasan di dalamnya.
Keenam : buku Madarijus-Salikin ini termasuk buku terbaik karya Ibnu Qayyim. Tentunya engkau juga sudah tahu kiprah Ibnu Qayyim dalam mengarahkan jiwa dan mendidik akhlak dengan adab orang-orang yang bertakwa.
Hal ini sudah cukup membuktikan bahwa Ibnu Qayyim termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk dan benar, yang jiwanya menjadi baik karena takwa kepada Allah, yang pandangannya menjadi bersinar karena petunjuk Allah, sehingga hal ini.
____________
18.Sayyid Abul A’la Maududi, Peradaban Islam (Fondasi dan Pilar-pillar Iman), Pustaka hati, h. 87.
19. B. Wiwoho, Islam Mencintai Nusantara, Jalan Dakwah Sunan Kalijaga, Iiman, 2017.
E.Metodologi Penelitian
1. Landasan Teori
Penelitian ini adalah penelitian sejarah dengan menggunakan pendekatan ilmu sosial sebagai alat analisis. Penelitian ini berupaya melakukan rekonstruksi terhadap suatu peristiwa masa lampau sebagai suatu gejala keagamaan yang terkait dengan masalah politik, sosial, ekonomi dan budaya.
Menurut Sumadi Suryabrata mengatakan bahwa proses rekonstruksi harus dilakukan secara sistematis dan objektif dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasi dan mensintesiskan bukti-bukti untuk menegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan yang kuat.20 Adapun fakta-fakta yang diungkapkan adalah fakta-fakta mengenai apa, siapa, kapan, dan dimana, juga bagaimana suatu peristiwa telah terjadi. 21
2. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research), yaitu bersumberkan data-data penting, digunakan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Mengkaji isi kitab “Tuhfatu Al-Rohman Fi Bayani Akhlaqi Al-Nabi Akhiri Al-Zaman karya Sayid Ahmad Al-Marzuki, ditulis tahun 1933 M. yang telah ditulis tangan oleh syeikh Ahmad Al-Marzuki sendiri dengan tulis tangan bahasa Melayu Pegon.
b.Sejarah penulisan kitab “Tuhfatu Al-Rohman Fi Bayani Akhlaqi Al-Nabi Akhiri Al-Zaman karya Sayid Ahmad Al-Marzuki, dan perkembangan pengkajian kitab tersebut.
c. Pengaruh terhadap kajian kitab “Tuhfatu Al-Rohman Fi Bayani Akhlaqi Al-Nabi Akhiri Al-Zaman karya Sayid Ahmad Al-Marzuki terhadap masyarakat sekitarnya.
_____________
20. Sumadi Subyabrata, Metodologi Penelitia, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2006, h.73
21. Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah, Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama, 1993, h.1
d. Mengkaji kehidupan sosial K.H. Marzuki dalam berdakwah
e.Mengkaji organisasi yang berkembang di ta’lim masjid Marzuki Cipinang Muara
f Mengkaji situasi kultural sosial budaya yang terjadi di masyarakat Cipinang Muara
Untuk menjawab rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Menurut Bogdan, penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat dipahami.22
Metodologi Penelitian ini menggunakan wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu.
Sedangkan dokumen yang dibutuhkan dalam penelitian ini sesuai dengan pendapat Sugiyono, mengatakan bahwa “Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Penelitian ini membahas tentang, bagaimana pemikiran KH.Ahmad Marzuki bin Syekh Ahmad al-Mirshad bin Khatib Sa’ad bin Abdul Rahman al-Batawi”, bagaimana analisis pemikiran KH.Ahmad Marzuki dalam kitab Tuhfatu Al-Rohman Fi Bayani Akhlaqi Al-Nabi Akhiri Al-Zaman tentang konsep ilmu Adab dan akhlak. Serta bagaimana implementasi pemikiran KH.Ahmad Marzuki dalam kitab Tuhfatu Al-Rohman Fi Bayani Akhlaqi Al-Nabi Akhiri Al-Zaman tentang konsep ilmu adab. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
_________________
22.Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung PT. Remaja Rosdakarya, 1988, h.3
Pengaruh kitab Tuhfatu Al-Rohman Fi Bayani Akhlaqi Al-Nabi Akhiri Al-Zaman karya As-syaikh K.H. Ahmad Marzuki bin Mirsod bagi masyarakat Cipinang Muara.
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah menggunakan metode riset kepustakaan (library research) karena data yang diteliti berupa kitab. Setelah itu, mengumpulkan data dengan dokumentasi atau pengumpulan dokumen dan kemudian menganalisis kitab Tuhfatu Al-Rohman Fi Bayani Akhlaqi Al-Nabi Akhiri Al-Zaman.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seorang tokoh ulama (K.H. Ahmad Marzuki) Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan.
Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film dan lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. 23
3. Sumber Data
Data yang dapat dikumpulkan langsung oleh peneliti dari pihak yang bersangkutan (pihak pertama) disebut data primer.24 Sementara data yang diperoleh dari pihak yang lain (pihak kedua) disebut sumber sekunder. Untuk melakukan penelitian ini, penulis akan melakukan penggalian data sejarah dengan menggunakan bahan berupa dokumen tertulis.
_____________
23 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D, Bandung: CV. Alfabeta, 2013 h. 240
24.Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung PT. Remaja Rosdakarya, 1988, h.3
Dalam penelitian secara umum, dapat digunakan bahan dokumen seperti otobiografi, surat-surat pribadi, buku catatan harian, surat kabar, dokumen-dokumen pemerintah dan cerita dari masyarakat. Sumber primer penelitian ini adalah karya-karya K.H. Ahmad Marzuki.
4. Teknik Pengumpulan Data
a) Dokummentasi
Dalam kegiatan pengumpulan data, peneliti akan menggunakan teknik dokumentasi.25
b) Interview
Sebagai pelengkap terhadap bahan dokumenter, baik yang sudah maupun yang akan diinventarisasikan, peneliti ini juga akan melakukan wawancara konfirmatif terhadap beberapa sumber.26
Penulisan tesis ini merupakan sebuah karya tulis yang ingin mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperolehnya melalui kepustakaan, kumpulan pengalaman, penelitian dan pengetahuan orang lain, dalam hal itu penulis mencoba berdialog dengan keluarga K.H. Ahmad Marzuki.
Penulisan tesis ini serangkaian kegiatan penulisan yang didasarkan pada pengkajian atau penelitian ilmiah yang ditulis secara sistematis menggunakan bahasa prinsip-prinsip ilmiah, dengan tujuan untuk menyampaikan sesuatu hal secara logis dan sistematis kepada para pembaca.
5. Instrumen Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini ada dua yakni data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini, yakni data yang berkaitan dengan pelaksanaan proses pembelajaran Adab Akhlak dan akhlak siswa/santri.
______________
25.Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D, Bandung: CV. Alfabeta, 2013.
26.. Kuntowijoyo, Mengenai penggunaan sejarah lisan secara tunggal dan pelengkap bahan dokumenter, Metodologi Sejarah, Yogyakarta : Tiara Wacana, 2003
Sedangkan data sekunder penelitian ini data yang memberikan informasi tambahan berupa gambaran umum madrasah.
Untuk memperoleh data-data tersebut peneliti, menggunakan alat bantu (instrument) pengumpulan data berupa pedoman observasi, pedoman wawancara. Pedoman observasi, dan pedoman wawancara digunakan peneliti sebagai acuan peneliti untuk memperolah data-data primer (proses pembelajaran dan akhlak siswa) dan data sekunder yang meliputi letak geografis, organisasi dan kelembagaan, sarana dan prasarana, lingkungan dan budaya sekolah. Adapun draft pedoman observasi, dan pedoman wawancara terlampir.
6. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang valid dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode-metode sebagai berikut:
a. Metode Observasi
Metode observasi atau disebut dengan pengamatan adalah kegiatan pemusatan perhatian terhadap suat obyek dengan menggunakan seluruh panca indra.27
Sedangkan Achmadi berpendapat bahwa, observasi atau pengamatan adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki.28
Metode observasi digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data-data primer dan juga data-data sekunder. Dalam hal ini peneliti mengadakan observasi langsung yaitu mengadakan penelitian untuk mengamati proses pembelajaaran adab akhlak, keadaan (akhlak) siswa, keadaan guru. Dan kondisi pembelajaran kitab Tuhfatu Al-Rohman Fi Bayani Akhlaqi Al-Nabi Akhiri Al-Zaman.
_________________
27.Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 80.
28.Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), h. 183.
Dalam melakukan observasi peneliti akan menggunakan alat panca indera. Teknik observasi yang digunakan peneliti adalah teknik non partisipan. Di mana peneliti tidak terlibat langsung dalam kehidupan obyek penelitian, tetapi mengamati dan mencari data terhadap obyek penelitian dan tidak meleburkan dalam arti yang sesungguhnya.
b. Metode Interview
Interview atau wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan di mana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan. Jadi, metode wawancara ini merupakan suatu metode yang mencakup cara yang dipergunakan oleh seseorang dengan tujuan suatu tugas tertentu untuk mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seorang informan.
Dalam proses wawancara peneliti akan menggunakan wawancara terstruktur, di mana peneliti ketika melaksanakan tatap muka dengan responden menggunakan pedoman wawancara yang telah disediakan lebih dahulu.
Teknik wawancara difokuskan peneliti untuk menggali dan memperoleh data-data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Wawancara dilakukan dengan keluarga KH. Marzuki Bin Mirshod, dan beberapa tokoh serta anggota masyarakat yang mengenal tokoh KH.Marzuki bin Mirshod yang memungkinkan dapat memberikan informasi yang valid terkait pembelajaran Adab Akhlak santri. Disamping untuk memperoleh data primer, teknik ini digunkan pula untuk memperoleh data-data sekunder.
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan atau transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen atau rapat dan sebagainya.29
__________
29.Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.h. 236.
Metode dokumentasi peneliti gunakan untuk mengumpulkan data sekunder; data tertulis yang memberikan keterangan yang dibutuhkan oleh peneliti yakni mengenai data lokasi penelitian, data keadaan.
7. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diimformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.29
Analisis data perlu dilakukan secara terus menerus selama penelitian berlangsung data dimasukkan ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema.30
Proses analisis yang digunakan mengukuti model Spradley dengan sistematika sebagai berikut: (1) diawali dengan analisis domain, kemudian (2) analisis taksonomi, selanjutnya (3) analisis komponensial, dan terakhir (4) analisis tema.31
Analisis domain (domain analysis) pada hakikatnya adalah upaya peneliti untuk memperoleh gambaran umum tentang data untuk menjawab fokus penelitian.32 Untuk itu, peneliti membaca naskah data secara umum dan menyeluruh untuk memperoleh domain atau ranah apa saja yang ada di dalam data tersebut.
___________
29.Ibid., h 244
30. Lexy.J. Moleong,. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2002 h. 103
31. Ibid., h. 103
32.Mudjia Rahardjo, “Analisis Data Penelitian Kualitatif (Sebuah Pengalaman Empirik)
Analisis taksonomi (taxonomy analysis). Pada tahap ini, peneliti berupaya memahami domain-domain tertentu sesuai fokus penelitian. Masing-masing domain mulai dipahami secara mendalam, dan membaginya lagi menjadi sub-domain, dan dari sub-domain itu dirinci lagi menjadi bagian-bagian yang lebih khusus lagi hingga tidak ada lagi yang tersisa (exhausted).
Tahap selanjutnya, analisis komponensial (componential analysis). Peneliti mencoba mengkontraskan antar unsur dalam ranah yang diperoleh. Unsur-unsur yang kontras dipilah-pilah dan selanjutnya dibuat kategorisasi yang relevan.
Terakhir, analisis tema kultural (discovering cultural themes) adalah analisis dengan memahami gejala-gejala yang khas dari analisis sebelumnya. Pada tahap ini yang dilakukan oleh peneliti adalah: (1) membaca secara cermat keseluruhan catatan penting, (2) memberikan kode pada topik-topik penting, (3) menyusun tipologi, (4) membaca pustaka yang terkait dengan masalah dan konteks
Untuk pengembangan penulisan karya Ilmiyah ini, maka saya sebagai penulis ingin mengembangkan analisa tema kultural (discovering cultural themes) untuk mengkaji isi kitab Tuhfatu Al-Rohman Fi Bayani Akhlaqi Al-Nabi Akhiri Al-Zaman karya KH. Marzuqi.
F. Teknik dan Sistematika Penulisan
Teknik Penulisan Tesis Dengan Judul “Pengaruh kitab Tuhfatu Al-Rohman Fi Bayani Akhlaqi Al-Nabi Akhiri Al-Zaman karya As-syaikh K.H. Ahmad Marzuqi bin Mirsod bagi masyarakat Cipinang Muara ini merujuk pada buku pedoman penulisan tesis yang diterbitkan Pascasarjana UNUSIA Jakarta.
Adapun dalam metodologi penelitian merujuk pada buku metode penelitian sejarah pada umumnya tetapi juga dengan memasukkan unsur-unsur pokok yang ada dalam buku pedomaan penulisan tesis UNUSIA Jakarta.
Untuk mempermudah pembahasan dan penelitian ini, maka pembahasan tesis akan dibagi menjadi lima bab.Bab tersebut disusun secara kronologis dan saling berkaitan.
Bab pertama, merupakan pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, Metode penelitian dan sistemetika pembahasan. Pembahasan dalam bab ini merupakan uraian pokok yang menjadi bahasan selanjutnya.
Bab kedua membahas gambaran kehidupan K.H. Ahmad Marzuki, letak/lokasi geografis dan keadaan alam, sejarah pertumbuhan kampung Cipinang, kondisi sosial budaya tradisi Islam yang berkembang, riwayat K.H. Ahmad Marzuki.
Bab ketiga, membahas biografi sejarah KH. Ahmad Marzuki, latar belakang pendidikan dan pemikiran karya-karyanya.
Bab keempat, merupakan pembahasan analisis pemikiran karya K.H. Ahmad Marzuki pada kitab Tuhfatu Al-Rohman Fi Bayani Akhlaqi Al-Nabi Akhiri Al-Zaman.
Bab kelima, merupakan penutup yang meliputi kesimpulan dan saran-saran yang diharapkan dapat menjawab permasalahan-permasalahan yang ada dan menjadikan pertimbangan dalam penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Ali, 2006, KH. Noer Alie Kemandirian Ulama Pejuang , Yayasan At-Taqwa, Bekasi
Aziz, Abdul, 2002, Islam dan Masyarakat Betawi, Logos, Jakarta
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2013.
Al-Jabiri, Muhammad Abid Post Tradisionalisasi Islam, Lkis, Yogyakarta,
2000.
Al-Jabir, Muhammad Abid, Post Tradisionalisasi Islam, Lkis, Yogyakarta, 2000.
Abu Fudhail Abdurrahman Ibnu ‘Umar, Terjemah Tanbih dzawi al-uqul
Al-adab al-Mufrod, Kumpulan Hadits Adab dan Akhlak seorang Muslim, Bukhari.
Bungin, Burhan, Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi : Format-format Kuantitatif dan Kualitatif untuk Studi Sosiologi, Kebijakan, Publik, Komunikasi, Manajemen, dan Pemasaran, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013.
Bizawie, Zainal Milal, Masterpiece Islam Nusantara, Compass , Jakarta 2016
Daulay, Haidari Putra, Pendidikan Islam dalam Pendidikan Nasional (Jakarta: kencana, 2004
Abu Yasid, Paradigma Baru Pesantren, IRCiSoD, Yogyakarta, 2018.
Rahardjo, Mudjia, “Analisis Data Penelitian Kualitatif.
Rakhmad Zailani Kiki, Genealogi intelektual ulama betawi , Melacak Jaringan Ulama Betawi dari awal Abad ke-19 sampai Abad ke-21,
http://ulama jakarta.blogspot.com/
Ihsan dari http://www.pondok pesantren.net
Yunahar, Ilyas. 1993. Kuliah Akidah islam. Yogyakarta: LPPI (Lembaga Pengkajian dan pengalaman Ilmu).
Gunawan, Imam, Metode Penelitian Kualitatif : Teori dan Praktik, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2013.
Maududi, Sayyid Abul A’la dalam karya tulisnya Peradaban Islam, Fondasi dan Pilar-pilar Iman, Pustaka Hati, Yogyakarta , 2017
Moleong, Lexy.J.,. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2002
Madarijus-Salikin (Pendakian Menuju Allah), Pustaka Al-Kautsar, Jakarta 1999.
Narbuko, Cholid dan Achmadi, Abu, Metodologi Penelitian, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2013.
Noor, Juliansyah, Metodologi Penelitian : Skripsi, Tesis, Disertasi, & Karya Ilmiah, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D, Bandung: CV. Alfabeta, 2013.
Suharsaputra, Uhar, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Tindakan, Bandung: PT. Refika Aditama, 2014.
Suyanto, Bagong, dan Sutinah, Metode Penelitian Sosiaal Berbagai Alternatif Pendekatan, Prenada Media Group, 2015
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan , Jakarta, Bumi Aksara, 2004
Orasi ilmiah Dede Rosyada saat acara Wisuda Lulusan Pendidikan Dasar Ulama [PDU] Angkatan VI Tahun 2014 dan Pengukuhan Peserta Pendidikan Kader Ulama [PKU] Angkatan XIII Tahun 2015 MUI Provinsi DKI Jakarta, pada 14 Maret 2015 di Jakarta Islamic Center
Madjid, M. Dien dan Johan Wahyudin, Pengantar Ilmu Sejarah , Prenada Media Group, 2014
Mirshod Marzuki , Tuhfatu Al-Rohman Fi Bayani Akhlaqi Al-Nabi Akhiri Al-Zaman, Jakarta 1933 .
Pedoman Penulisan Tesis Pasca Sarjana Program Magister (PPM), Pustaka STAINU Jakarta, 2016
Rizem Aizid, Biografi Ulama Nusantara, Diva Press, Yogyakarta , 2016
Muhammad Jafar Hafsah, Politik untuk Kesejahteraan Rakyat, PT. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta 2011.
Muhammad Abid Al-Jabiri, Post Tradisionalisasi Islam, Lkis, Yogyakarta, 2000.
Syarh Riyadhish Shalihin karya Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin: Bab Al-Hilm Wal Anah War-Rifq.
https://bimbinganislami.wordpress.com/2010/06/27/pengertian-definisi-akhlak,oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah
Komentar
Posting Komentar